Langsung ke konten utama

DINASTI TURKI UTSMANI



Pendahuluan
1.      Latar belakang
Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol. Kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut dalam sejarah juga menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, dan diantara ketiga kerajaan tersebut adalah Usmani di Turki. Kerajaan Usmani disamping kerajaan yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya  (Mughal di India, dan Safawi di Persia).[1]
Dinasti Turki Utsmani terkenal sebagai Dinasti yang cukup besar dalam Islam dan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan wilayah islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa. Munculnya dinasti Turki Utsmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami Fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan dinasti Abbasiyah (kira-kira abad ke-9). Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia (755-1031 M) dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara (788-974 M), fregmentasi itui masih terjadi semakin parah sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Bani Aghlab di Kairawan (800-909 M), Bani Thulun di Mesir (858-905 M), Bani Saman di Bukhara (874-1001 M), dan Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-1000 M).[2]
Dari paparan di atas, dinasti Turki Utsmani merupakan factor penting dalam perkembangan sejarah peradaban Islamdan menjadi perhitungan ahli-ahli politik di Eropa barat.[3]
2.      Rumusan masalah
a.  Bagaimana sejarah pemerintahan Usmaniyah?
b. Apa penjelasan dari Kerajaan Turki Usmani?
c. Apa saja kebaikan dan kejelekan Khilafah Usmani?
d. Bagaimana Anatolia sebelum masa orang-orang Usmani
e.  Apa penjelasan dari Usmani Muda, Turki Muda?
f.  Apa saja peristiwa penting pada masa kemunduran dan kemerosotan Usmaniyah?
3.      Tujuan penulisan
a.       Untuk mengetahui peradaban Islam pada masa dinasti Turki Utsmani
b.      Penyebab kemajuan dinasti Turki Utsmani
c.       Penyebab kemunduran dan kehancurannya\
d.      Mengetahui hasil yang dicapai.
4.      Manfaat penulisan
Dengan sedikit ilmu mengenai sejarah peradaban Islam pada masa Turki Utsmani ini, penulis berharap mudah-mudahan kita semua dapat mengambil ibrah dan pelajaran dari sejarah. Yang mana membuktikan bahwa Islam dapat bangkit dan berkembang mengalahkan Eropa. Dan hal ini juga mudah-mudahan dapat memacu kita untuk membawa Islam kepada peradaban yang lebih maju.

















Pembahasan

1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Turki Utsmani
Pendiri dinasti ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina. Dalam waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkstan kemudian kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.[4]
Di bawah tekanan serangan Mongol pada abad ke-13, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Erthoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mampu meraih kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih Syuhud sebagai ibu kota.
Ertoghul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya, Utsman. Putra Etroghul inilah yang di anggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki  benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Hal ini menyebabkan terpecahnya beberapa daerah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Utsmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah dinasti Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering di sebut juga Utsman I.
Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman (raja besar keluarga Usman) tahun 699H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluas. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M. Kemudian, pada tahun 1326 M menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726H/1326 M-726 H/1359 M) kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukan Azumia (Semirna) tahun 1327  M, Tasasyani (1300 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli ( 1356 M). Daerah ini adalah bagian dari benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani.[5]
Ketika Murad I, pengganti Orkhan,berkuasa (761 H-789 H), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan ke benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel yang kemudian menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar sekutu Eropa di persiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan ini di pimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murtad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat Islam.
Ekspansi kerajaan Utsmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi di arahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang di pimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara  tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.

Kekalahan Bayazid di Ankara itu berakibat buruk bagi Turki Utsmani. Penguasa-penguasa Seljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Utsmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu, putra-putra balyazid saling berebut kekuasaan .suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
Turki Utsmani mencapai kegemilangannya pada saat menaklukkanpusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II yang dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan konstantinopel pada tahun 1453 M.[6]
Dengan terbukanya kota konstantinopel sebagai banteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, ini memudahkan ekspansi Turki Utsmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki Utsmani karena mereka juga melakukan ekspansi ke wilayah ini,bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi ketika Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke Timur
/;pp=[saha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke satu arah timur atau barat,tetapi seluruh wilayah sekitar Turki Usmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukan Irak, Belgrado, pulau Rodhes, Tunis, Budhapest, dan Yaman. Dengan demikian luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Muhammad Sulaiman mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis,dan Aljazair di Afrika,  Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.[7]
Mengutip pendapat Carl Brockelmann, Ahmad Syalabi mengatakan, Sultan salim I pernah meminta kepada Khalifah Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukan dinasti Mamalik di sana. Pendapat lain tentang gelar “khalifah” sebenarnya sudah  di gunakan oleh Sultan Murad (1359-1380 M), setelah ia berhasil menaklukan Asia Kecil dan dan Eropa. Dari dua pendapat ini , ahmad syalabi berkesimpulan, para Sultan kerajaan Usmani tidak perlu menunggu Khalifah Abbasiyah menyerahkan gelar itu, karena jauh dari kerajaan Utsmani sudah ada tiga Khalifah dalam masa tersebut. Pada abad ke-10 M,para penguasa dinasti Fathimiyah di Mesir sudah memakai gelar Khalifah. Tidak lama setelah itu, Abd Al-Rahman Al-Nashir di spanyol menyatakan diri sebagai khalifah melanjutkan dinasti Bani Ummayyah di Damaskus, bahkan ia mencela para pendahulunya yang berkuasa di Spanyol yang merasa cukup dengan gelar “amir” saja. Karena itu, ada kemungkinan penguasa utsmani memang sudah menggunakan gelar “Khalifah” jauh sebelum menaklukan dinasti Mamalik, tempat bertahtanya para khalifah abbasiyah, untuk kemudian meminta gelar itu.[8]
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun  terus mengalami kemunduran,  kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai negara kuat, terutama dalam bidang militer. Kerajaan ini memang masih bertahan lima abad lagi setelah itu.
Kerajaan Turki Utsmani memerintah hamper tujuh abad lamanya (1299-1924 M) dan diperintah oleh 38 Sultan.kejayaan kerajaan Turki Utsmani dicapai ketika abad ke-16 dimana daerah kekuasaan mereka membentang dari selat Persia sampai pintu gerbang kota Wina di Eropa, dam dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika Barat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi yang begitu luas dan cepat juga diiringi oleh kemajuan di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam aspek peradabannya.
2.      Peristiwa-peristiwa Penting Pada Masa Dinasti Utsmani
Dinasti yang berdiri selama kurang lebih tujuh abad ini tentu mempunyai peristiwa-peristiwa sejarah penting yang amat sangat banyak. Di sini akan disebutkan sedikit peristiwa penting tersebut, yaitu:
1.      Penaklukan Konstantinopel.
Setelah sekian lama kaum muslimin mencoba untuk menaklukkan Konstantinopel, di awali pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. tepatnya pada penghujung tahun 32 H (653 M) tatkala pasukan yang dikomandoi oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, gurbernur Syam kala itu menembus Asia Kecil hingga Selat Bosporus. Di saat yang sama, armada Islam pimpinan Busr bin Abi Artha’ah juga menuju ke sana guna membantu angkatan darat Islam. Mereka bergerak ke Tripoli Barat (Libya) menuju Konstantinopel. Hanya usaha ini tidak berhasil.
Pada tahun 44 H (664 m), kampanye militer kedua dilakukan pada era Muawiyah bin Abi Sufyan akan tetapi percobaan ini juga tidak berhasil. Pada tahun 49 H Muawiyah kembali mencoba menaklukkan Konstantinopel dengan mengirim pasukan dalam jumlah besar pimpinan Sufyan bin Auf. Pasukan ini disertai oleh beberapa pemuka dan sahabat baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Mereka berlayar menembus Selat Dardanelles tanpa perlawanan. Mereka terus mengepung kota itu dari daratan dan lautan selama tujuh tahun tanpa jeda. Akan tetapi kaum Muslimin menarik diri dan kembali ke pangkalan pada tahun 58 H (678 M). Setelah itu kaum muslim juga terus mencoba untuk menaklukkan Konstantinopel akan tetapi semuanya mendapatkan hasil nihil karena kekuatan tentara Konstantinopel yang kuat dan terorganisir. Berikut adalah sistem pertahanan Konstantinopel yang membuatnya susah di hancurkan:
A.    Terdapat Ceruk (teluk kecil) Tanduk Emas yang dikalungi rantai raksasa guna menghalangi ataupun mempersilakan kapal mana pun untuk masuk.
B.     Tembok-tembok yang mengelilingi kota di berbagai penjuru, bahkan dari arah laut.
C.     Banteng yang terletak di Ceruk Tanduk Emas untuk menghadang segala musuh.

Namun ketika Sultan Muhammad Al-Fatih memimpin, beliau melakukan rencana untuk menaklukkan konstantinopel. Ia membuat rencana dengan membangun benteng daratan Eropa di tepi Selat Bosporus, berseberangan dengan banteng yang dibangun oleh Bayazid I. Dengan demikian ia dapat memegang kendali penuh atas Selat Bosporus dan dapat menghalangi datangnya bala bantuan ke konstantinopel.
Kaisar Konstantinopel pun merasakan besarnya tekad Sultan Muhammad Al-Fatih untuk menakklukkan kota itu. Maka, ia menawarkan upeti atau jizyah kepadanya, namun sang Sultan menolaknya. Karena menolak, maka kaisar meminta bantuan kepada kaum Kristen Eropa. Maka, kerajaan Genoa mengirimkan kepadanya 30 kapal perang yang tiba pada waktu tentara Utsmani sedang mengepung Konstantinopel dari segala penjuru. Maka kontak fisik di antara kedua kubu tidak bias dihindari. Akan tetapi tentara bantuan dari Genoa berhasil masuk memalui Ceruk Tanduk Emas..yang cepat tertutup ketika tentara Genoa melewatinya.
Untuk menaklukkan Konstantinopel, beliau memulainya dengan membuat papan2 kayu yang menghubungkan antara Selat Ceruk Tanduk Emas dan Selat borporus. Lalu memerintahkan untuk menuangkan minyak dan lemak, kemudian meluncurkan kapal-kapal perang di atasnya. Dan akhirnya tentara Utsman berhasil menguasai Kontantinopel. Kemudian Ash Shuffah mengubah namanya menjadi istambul (Negara Islam) dan menjadikannya sebagai ibu kota.kerajaan.[9]

2.      Perjanjian Carlowitz 1110 H/1699 M
Dinasti Utsman trerpaksa mengadakan perjanjian dengan Negara-negara Eropa yang dimediasi oleh Prancis. Hal ini dikarenakan penyerangan bangsa Eropa dan sekutu-sekutunya terhadap dinasti utsmani. Konsekuensi perjanjian tersebut adalah:
a.       Kota Azrof jatuh ke tangan Rusia.
b.      Sisa-sisa wilayah negeri Hungaria jatuh ke tangan Austria serta adanya genjatan senjata selama25 tahun.
c.       Ukraina dan Podolia jatuh ke tangan Polandia.
d.      Pesisir Dalmatia dan beberapa pulau di laut Aegea jatuh ke tangan Venesia.
3.      Perjanjian Belgrade
Perjanjian ini terjadi ketika Rusia ingin menyerang kerajaan Utsmani pada tahun 1152, namun mereka dapat dikalahkan. Maka terbentuklah perjanjian ini yang berisi:
a.       Belgrade beserta semua wilayah Serbia dan Wallachia yang dikuasai Austria dikembalikan kepada kerajaan Utsmani.
b.      Rusia harus merobohkan banteng-bentengyang dibangun di kota Azov dan tidak boleh ada kapal Rusia di laut Hitam.
3.      Peradaban Islam Di Turki
Dinasti Turki Utsmani menjadiakan peradaban Islam menjadi maju dalam berbagai aspek. Hal ini karena kekuatan mereka yang besar serta konsistensi mereka dalam menjaga kekuasaan sehingga menjadi kerajaan islam yang cukup di segani di Dunia. Diantara kemajuan eradaban Islam di Turki adala:
a.       Bidang Kemiliteran Dan Pemeritahan
Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan Keraajan Utsmani mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting di antaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan,dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja dan di mana saja.
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai di organisasikan dengan baik dan teratur ketika kontak senjata dengan eropa. Ketika itu, pasukantempur yang besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang biak, taktik, dan strategi tempur militer usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini di landa kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut segera dapat di atasi oleh Orjhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.
Pembaruan dalam tubuh militer  organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personel-personel pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-turki dimasukan sebagai anggota , bahkan anak-anak kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana islam untuk di jadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang  jenissari atau inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim.
Di samping jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini di sebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun di benahi,karena ia mempunyai peranan yang besa dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan. Kekuatan militer Turki Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika,maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sediri yang bersifat militer, berdisiplin dan  patuh terhadap peraturan.Tabiat ini tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyang di Asia Tengah.
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Turki Utsmani
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintah yang teratur. Dalam mengelolah wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu dengan shadr al-a’zham (perdana mentri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, dimasa sultan Sulaiman I,disusun sebuah kitab undang-undang (qanun). Kitab tersebut di beri nama Multaqa al-Abhur,  yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya di tambah gelar al-Qanuni[10]
b.      Bidang Ekonomi
Pemerintahan Utsmaniyah menerapkan kebijakan pengembangan Bursa, Adrianopel, dan Istanbul (semuanya adalah ibu kota Utsmaniyah) menjadi pusat perdagangan dan industri besar karena para pedagang dan pengrajin memainkan peran besar dalam pembentukan metropolis baru. Sampai saat itu, Muhammad dan penggantinya, Bayazid, juga mendorong dan menerima migrasi kaum Yahudi dari berbagai daerah di Eropa. Mereka menetap di Istanbul dan kota-kota pelabuhan seperti Salonica. Di sejumlah tempat di Eropa, kaum Yahudi ditindas oleh penduduk Kristen. Toleransi yang dimiliki bangsa Turki disambut hangat oleh para imigran.
Dasar ekonomi Utsmaniyah sangat terkait dengan konsep dasar negara dan masyarakat Timur Tengah. Tujuan utama negara waktu itu adalah memperkuat dan memperluas kekuasaan pemimpin. Cara untuk meraihnya adalah mendapatkan sumber pendapatan yang banyak dengan menyejahterakan kelas pekerja. Tujuan utamanya adalah meningkatkan pendapatan negara tanpa mengacaukan kemakmuran rakyatnya demi mencegah kerusuhan dan melindungi tatanan masyarakat tradisional.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d8/Mehmed_the_Conqueror_%281432_%E2%80%931481%29.jpg/250px-Mehmed_the_Conqueror_%281432_%E2%80%931481%29.jpg
Koin perunggu yang menampilkan Sultan Muhammad sang Penakluk, 1481.
Susunan badan keuangan dan bendahara berkembang lebih baik di Kesultanan Utsmaniyah ketimbang pemerintahan Islam lainnya. Pada abad ke-17, organisasi keuangan Utsmaniyah merupakan yang paling maju dibandingkan organisasi keuangan lainnya saat itu. Organisasi ini mengembangkan birokrasi juru tulis (dikenal dengan sebutan "men of the pen") sebagai kelompok terpisah yang separuhnya diisi ulama yang sangat berpengalaman. Kelompok tersebut kemudian berkembang menjadi lembaga professional. Keefektifan lembaga keuangan profesional berada di balik kesuksesan para negarawan besar Utsmaniyah.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Ottoman_Bank.jpg/250px-Ottoman_Bank.jpg
Ottoman Bank didirikan tahun 1856 di Istanbul. Pada Agustus 1896, bank ini diakuisisi oleh para anggota Federasi Revolusi Armenia.
Struktur ekonomi kesultanan ditentukan oleh struktur geopolitiknya. Kesultanan Utsmaniyah berada di antara dunia Barat dan Timur, sehingga menghalangi rute darat ke timur dan memaksa penjelajah Spanyol dan Portugal untuk berlayar mencari rute baru ke timur. Kesultanan mengendalikan rute rempah yang dulu digunakan Marco Polo. Ketika Vasco da Gama menelikung rute Utsmaniyah dan membuat rute dagang langsung ke India tahun 1498, dan Christopher Columbus berlayar ke Bahama tahun 1492, Kesultanan Utsmaniyah berada pada puncak kejayaannya.
Studi Utsmaniyah modern berpendapat bahwa perubahan hubungan antara Turki Utsmaniyah dan Eropa Tengah tercipta oleh pembukaan rute laut yang baru. Sejarawan bisa saja menganggap penurunan lalu lintas darat ke timur setelah Eropa Barat membuka rute laut yang menjauhi Timur Tengah dan Mediterania paralel terhadap kemunduran Kesultanan Utsmaniyah itu sendiri. Perjanjian Inggris-Utsmaniyah, disebut juga Perjanjian Balta Liman, yang membuka pasar Utsmaniyah ke para pesaingnya di Inggris dan Perancis dapat dipandang sebagai salah satu tantangan perkembangan ekonomi Utsmaniyah.
Dengan mengembangkan pusat dan rute perdagangan, mendorong rakyat memperluas lahan pertanian di negara itu, dan mendorong perdagangan internasional melalui jajahannya, pemerintah berhasil melaksanakan fungsi ekonomi dasar di seluruh Kesultanan Utsmaniyah. Meski begitu, kepentingan keuangan dan politik negara lebih dominan. Dalam sistem sosial dan politik yang mereka jalankan, para pejabat Utsmaniyah tidak paham atau tidak sadar dengan tuntutan dinamika dan prinsip ekonomi kapitalis dan merkantil yang saat itu sedang berkembang di Eropa Barat.
c.       Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, di antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan adan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosil, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang  Turki Utsmani memang terkenal dengan bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka uuntuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai bangsa berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan , mereka tidak kelihatan begitu menonjol. Karena itulah, di dalam khazanah intelektual Islam tidak menemukan ilmuan terkemuka dari Turki Utsmani. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan yang indah, seperti Masjid Al-Mahammadi  atau Masjid jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Masjid agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al-anshari, Masjid-masjid tersebut di hiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya gereja Aya Sophia. Hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar kristiani yang ada sebelumnya.
Masjid Aya Sophia
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan saluran air, vila, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinin, seorang arsitek Anatolia. [11]
d.      Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at. Sehingga, fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum bisa tidak berjalan.

Pada masa Turki usmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak di anut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai engaruh yang amat dominan di kalangan tentara jenassari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sehingga tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi jenssari Bektasyi.

Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, dan hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Pera penguasa lebih cenderung untuk menegakan suatu paham (mazhab) keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd Al-Hamid II, misalnya, begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan dari aliran lain. Ia memerintahkan kepada Syaikh Husein Al-Jisri menulis kitab Al-hushun Al-Hamidiyah (benteng pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat kelesuan dalam ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan Hasyiyah (semacam catatan ) terhadapp karya-karya masa klasik.

Bagaimanapun, kerajaan Turki Usmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua eropa. Ekspansi kerajaan inni untuk perrtama kalinya lebih banyak ditujukan ke eropa timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karna dalam bidang perdaban dan kebudayaan kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi juga masyarakatnya tidak banyak memeluk agama Islam.
e.       Dalam Bidang Sastra
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1b/Evliya_Celebi.jpg/250px-Evliya_Celebi.jpg
Evliya Celebi, petualang dan pewarta lancong abad ke-17
Dua aliran utama sastra tulis Utsmaniyah adalah syair dan prosa. Syair sejauh ini merupakan aliran dominan. Sampai abad ke-19, prosa Utsmaniyah tidak mengandung fiksi. Tidak ada karya yang sebanding dengan roman, cerita pendek, atau novel Eropa. Genre yang serupa memang ada, namun dalam bentuk sastra rakyat Turki dan syair Divan.
Syair Divan adalah bentuk seni yang sangat diritualkan dan simbolis. Dari syair Persia yang menginspirasinya, syair Divan mewarisi banyak simbol yang makna dan keterkaitannya—baik persamaan (مراعات نظير mura'ât-i nazîr / تناسب tenâsüb) maupun perbedaannya (تضاد tezâd) dijelaskan secara gamblang atau sederhana. Syair Divan disusun melalui pencampuran konstan beberapa gambar di dalam kerangka kerja metrik yang ketat, sehingga muncul banyak kemungkinan makna. Kebanyakan syair Divan berbentuk lirik, baik gazel (membentuk bagian terbesar dari repertoar tradisi ini) maupun kasîdes. Ada pula genre-genre umum lainnya, salah satunya adalah mesnevî, sejenis roman baris dan berbagai macam puisi narasi. Dua contoh mesnevî yang terkenal adalah Leyli dan Majnun karya Fuzûlî dan Hüsn ü Aşk karya Şeyh Gâlib.
Sampai abad ke-19, Prosa Utsmaniyah tidak berkembang sampai sejauh syair Divan kontemporer. Salah satu alasan utamanya adalah banyak prosa yang harus mematuhi aturan sec (سجع, juga ditransliterasikan menjadi seci), atau prosa berima, jenis penulisan yang diturunkan dari saj' Arab yang mensyaratkan adanya rima antara setiap kata sifat dan kata benda dalam suatu rangkaian kata, seperti kalimat. Karena itu, muncullah sebuah tradisi prosa dalam sastra waktu itu meski sifatnya non-fiksi. Contoh pengecualiannya adalah Muhayyelât karya Giritli Ali Aziz Efendi, kumpulan cerita fantastis yang ditulis tahun 1796 dan baru diterbitkan tahun 1867.
Dikarenakan hubungan historis yang dekat dengan Perancis, sastra Perancis menajdi bagian dari pengaruh besar Barat terhadap sastra Utsmaniyah sepanjang paruh akhir abad ke-19. Akibatnya, banyak aliran di Perancis waktu itu yang juga muncul di Kesultanan Utsmaniyah. Misalnya, dalam perkembangan tradisi prosa Utsmaniyah, pengaruh Romantisisme dapat dilihat saat periode Tanzimat, dan pengaruh aliran Realis dan Naturalisme muncul pada periode selanjutnya. Dalam tradisi syair, pengaruh Simbolis dan Parnassian lebih mencolok.
Banyak penulis pada periode Tanzimat menulis dalam beberapa genre secara bersamaan. Misalnya, penyair Namik Kemal menulis novel penting İntibâh ("Kebangkitan") tahun 1876, sedangkan jurnalis İbrahim Şinasi dikenal karena menulis lakon Turki modern pertama pada tahun 1860, yaitu komedi satu babak "Şair Evlenmesi" ("Pernikahan sang Penyair"). Lakon sebelumnya, yaitu farse berjudul "Vakâyi'-i 'Acibe ve Havâdis-i Garibe-yi Kefşger Ahmed" ("Peristiwa Aneh dan Kejadian Mengherankan Ahmed si Tukang Sepatu"), dibuat pada awal abad ke-19, namun keotentikannya masih diragukan. Dengan semangat yang sama, novelis Ahmed Midhat Efendi menulis novel-novel penting untuk setiap aliran besar: Romantisisme (Hasan Mellâh yâhud Sırr İçinde Esrâr, 1873; "Hasan si Pelaut, atau Misteri di Dalam Misteri"), Realisme (Henüz On Yedi Yaşında, 1881; "Baru Tujuh Belas Tahun"), dan Naturalisme (Müşâhedât, 1891; "Pengamatan"). Keragaman ini separuhnya didorong keinginan para penulis Tanzimat yang ingin menyertakan sastra baru sebanyak mungkin dengan harapan bisa menyumbang revitalisasi struktur sosial Utsmaniyah.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c4/Nedim_%28divan_edb.%C5%9Fairi%29.JPG/250px-Nedim_%28divan_edb.%C5%9Fairi%29.JPG
Ahmad Nedîm Efendi, salah satu penyair Utsmaniyah ternama

4.      Masa Kemunduran Dinasti Turki Utsmani.
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani mulai memasuki masa pengunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, pengunduran itu tidak langsung terlihat. Sulan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Sultan Salim II (1566-1573 M). Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Utsmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta. Yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Utsmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia di rebut oleh musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali. Pada masa beliau kerajaan Utsmani berhasil menyerbu Kaukakus dan menguasai Tiflis di laut Hitam (1577M). Beliau juga merampas kembali Tibris, ibukota kerajaan Safawi, dan menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia.
Namun, karna kehidupan moral Sulktan yang tidak baik menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri. Apa lagi ketika pemerintahan di pegang oleh para Sultan yang lemah seperti Sultan Muhammad III (1595-1603 M). Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria dapat memukul mundur kerajaan Utsmani.
Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Musthofa I (1617- 1623 M). Karna gejolak politik dalam negeri yang tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa agar dia turun dari tahta dan digantikan oleh Utsman II (1618-1622 M).
Pada masa sultan Ibrahim (1640-1648 M) berkuasa, orang-orang Vinetia melakukan peperangan laut melawan dan mengusir orang-orang Turki Utsmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Pada tahun 1669 M terjadi perjanjian Karlowith yang memaksa Sultan untuk menyerah seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia, dan Kroasia kepada Hapsbrug. Dan Hemenietz, Podolia, Ukraina, Morea dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Vinetia. Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Utsmani di sepanjang Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Musthofa III (1757-1774 M) yang segera mengkonsolidasi kekuatannya.
Pengganti Sultan Musthofa III adalah Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M) seorang Sultan yang lemah. Pada masa beliau terjadi perjanjian dengan Rusia yang diberi nama Perjanjian Kinarja di Kutcuk Kinarja. Isi Perjanjian itu antara lain:
1.      Kerajaan Utsmani harus menyerahkan banteng-benteng yang berada di laut Hitam kepada Rusia dan member izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan laut Hitam dengan laut Putih.
2.      Kerjaan Utsmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea)[12]
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di kerajaan Utsmani pada akhir-akhir kekuasannya. Akhirnya satu per satu negeri-negeri di Eropa memerdekakan diri. Bahkan beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak. Di Mesir dinasti Mamalik akhirnya melepaskan diri dibawah Ali Bey tahun 1770 M. Di Lebanon dan Syria, Fakhruddin seorang pemimpin Druze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Dan di Persia kerajaan Safawi juga mengadakan perlawanan terhadap Utsmani. Dan Arabia juga bangkit melepaskan diri dari Utsmani dengan aliansi antara Muhammad bin Abdul Wahab dengan penguasa lokal Ibnu Sa’ud pada paruh kedua abad ke-18 M.
Dengan demikian, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di kerajaan Utsmani ketika ia sedang mengalami pemunduran bukan hanya terjadi di daerah-daerah yang tidak beragama Islam, akan tetapi juga terjadi di daerah-daerah yang berpenduduk Muslim.
Gerakan-gerakan separatism terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20. Ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik di pusat pemerintahan, kerajaan Utsmani akhirnya berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924. Dan mengangkat Musthofa Kamal Ataturk menjadi Presiden pertama di Republik Turki. Dalam percaturan politik selanjutnya Turki tidak begitu memiliki pengaruh yang dominan bahkan orang Eropa menyebutnya the sick man of the Europe (si sakit yang ada di Eropa).
Menurut Dr Badri Yatim, M.A. bahwa factor-faktor menyebabkan Turki Utsmani mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:[13]
1)      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang luas sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan tidak beres. Dipihak lain para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa.
2)      Heteroginitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
3)      Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Turki Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemmerintahan menjadi kacau. Kekacauan tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi parah.
4)      Budaya korupsi.
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakiubatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
5)      Pemberontakan tentara Yenisseri
Kemajuan ekspansi kerajaan Utsmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara Yenisseri. Dengan demikian, dapat dibanyangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Yenisseri terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6)      Merosotnya perekonomian.
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar, termasuk biaya perang.
7)      Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam perkembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan perkembangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

Karena faktor-faktor tersbut, Turki Utsmani menjadi lemah dan kemudian mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode selanjutnya di masa modern, kelemahan kerajaan Utsmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan kerajaan Turki Utsmani, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.







Penutup
1.      Kesimpulan
Dinasti Utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan Utsmani didirikan oleh Utsman I putra Erthoghul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan utara Cina.
Dinasti Turki Utsmani mengalami berbagai macam kemajuan dalam berbagai bidang, terutama ekspansi atau perluasan agama Islam. Sebagai bangsa yang terkuat dengan militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.
Peradaban Islam di Turki Utsmani mengalami kemajuan antara lain di bidang kemiliteran dan pemerintahan, di mana militer dan pemerintahan Turki ssangat kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam bidang keagamaan, suasan keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik. Adapun dalam bidang ilmu pengetahuan, dinasti Turki Utsmani tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Turki Utsmani yang pernah Berjaya sebagai kekhalifahan terakhir dalam dunia Islam, akhirnya mengalami masa kemunduran karena beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Walaupun demikian, kebesaran yang pernah dialami dinastiturki Utsmani telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia peradaban Islam.
2.      Saran
 Manusia berkembang dikala mereka mengadakan perubahan dan selalu  intropeksi terhadap dirinya. Berangkat dari sebuah kenyataan yang menyelimuti langit dan bumi kini terbayang dalam  setiap jiwa manusia. Kami pun mengharapkan kesempurnaan itu. Maka dari itu kami butuh kritikan yang membangun dan pastinya sangat mengapresiasi orang yang mau melakukannya untuk kami.
Dengan pengenalan singkat tentang keislaman di masa dinasti Turki Utsmani, semoga menjadi gerakan awal dalam  merevolusi diri kita masing-masing agar menjadi lebih baik. Agar bisa sampai kepada cahaya Ilahi. Siapakah gerangan yang tidak ingin sampai di hadapan yang Maha Kaya dan Maha Sempurna sembari mencicipi kenikmatan dari Sang Pemberi Nikmat, yaitu Allah SWT





























Daftar Pustaka


Yatim, Dr. Badri. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Cetakan 7. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mughni,  Dr. Syafiq A. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos
Hitti, Phillp K.1970.  Dunia Arab. London: Macmillan Press
Amin,  Samsul Munir.  2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Syalabi, 2009,  Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, PT.Zikra




[1] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, hlm.130.
[2] Dr. Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, hlm.2.
[3] Phillp K. Hitti, Dunia Arab, hlm.239.
[4] Dr. Badri yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, hlm.130.
[5] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, hlm.130.
[6] Prof. Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, jilid I, hlm.84.
[7] Drs.Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban islam, hlm.197..
[8] Ahmad Syalabi, Sejarah Peradaban Islam, hlm.34-35.
[9] Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah islam, hlm.168-172.
[10] Phillp K. Hitty, History of arabs, hlm.713-714.
[11] Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Utsmani, hlm.46-47.
[12] Carl Brockelmann, History of The Islamic People, hlm.328.
[13] Dr. Badri Yatim, M.A., sejarah peradaban Islam, hlm.168.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah     Spesifikasi dalam pendidikan keislaman selain dibutuhkan ilmiah adalah ibadah simbol ketaatan kepada Allah. Sehingga kebutuhan ilmiah karena menyingkap ilmu-ilmu al-Qur’an dan Rasul membutuhkan kemampuan instink yang dibarengi dengan kekuatan akal. Sebagai ibadah, Allah tidak menghendaki orang-orang yang tidak mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi menjadi referensi wahyu-Nya. Persoalan ibadah kepada Allah SWT adalah suatu   hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Namun tidak sedikit umat Islam yang terjebak dalam kehalusan dosa yang menggerogoti mereka. Karena pengetahuan tentang kebenaran hakiki tidak dipahami. Ditambah dengan persepsi yang salah yang berkembang dalam sejarah kehidupan umat Islam. Dewasa ini membuktikan akar dari segala pemahaman yang salah, yaitu terdapat pada potret sejarah. Khususnya sejarah Islam pada periode awal (zaman Nabi), menjadi suatu hal yang wajib u...

MAKALAH TENTANG AL-GHAZALI: FILSAFAT ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A .   LATAR BELAKANG Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka terbayang disana hadir beberapa tokoh yang disebut sebagai filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini memang tidak bisa dihindarkan,  karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat islam, akan tetapi juga karena pada mereka benih-benih filsafat Islam dikembangkan. Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pemaparan mengenai Al-Ghazali, seorang ulama besar yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap Islam dan filsafat Dunia Timur. Beliau adalah seorang sufi sekaligus seorang teolog yang mendapat julukan Hujjah al- Islam. Pemikiran Al-Ghazali begitu beragam dan banyak,  mulai dari pikiran beliau dalam bidang teologi (kalam), tasawuf, dan filsafat. Dalam Hal ini akan dibahas tentang filsafat Al-Ghazali yang berkaitan dengan bio...

MAKALAH SUMPAH DAN NADZAR

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Sumpah dan nadzar merupakan dua hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat. Terkadang orang-orang beranggapan bahwa kedua hal ini merupakan hal yang sepele, padahal esensinya kedua hal ini amat sangat penting untuk diketahui dan ditelaah. Karena sebab kedua hal inlah kemungkinan sesorang   dapat melanggar ajaran agama atau bahkan musyrik. Seperti contoh yang sering kita jumpai dalam realitas masyarakat, masih banyak orang yang mempermainkan sumpah padahal Allah SWT sudah jelas-jelas menerangkan prihal sumpah dalam al-qur’an, salah satunya di dalam surat Al-Maidah ayat 89, yaitu:   لا يؤاخذكم الله با للغو فى ايمنكم و لكن يؤاخذكم بما عقدتم الايمان فكفرته اطعام عشرة مساكين من اوسط ما تطعمون اهليكم او كسوتهم او تحرير رقبة فمن لم يجد فصيام ثلاثة ايام ذلك كفرة ايمانكم اذا حلفتم واحفظوا ايمانكم كذلك يبين الله ايته لعلكم تشكرون            ...