BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Spesifikasi
dalam pendidikan keislaman selain dibutuhkan ilmiah adalah ibadah simbol
ketaatan kepada Allah. Sehingga kebutuhan ilmiah karena menyingkap ilmu-ilmu
al-Qurโan dan Rasul membutuhkan kemampuan instink yang dibarengi dengan
kekuatan akal. Sebagai ibadah, Allah tidak menghendaki orang-orang yang tidak
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi menjadi referensi wahyu-Nya.
Persoalan ibadah kepada Allah SWT
adalah suatu hal yang sangat urgen
dalam kehidupan manusia. Namun tidak sedikit umat Islam yang terjebak dalam
kehalusan dosa yang menggerogoti mereka. Karena pengetahuan tentang kebenaran
hakiki tidak dipahami. Ditambah dengan persepsi yang salah yang berkembang dalam
sejarah kehidupan umat Islam.
Dewasa ini membuktikan akar dari
segala pemahaman yang salah, yaitu terdapat pada potret sejarah. Khususnya
sejarah Islam pada periode awal (zaman Nabi), menjadi suatu hal yang wajib
untuk diketahui. Dan yang terpenting bagaimana bisa meneropong kehidupan Nabi
dikala itu. Karena banyak moralitas yang semestinya diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktanya sekarang, moralitas
tergadaikan oleh kehidupan yang rendah. Anak bangsa mempunyai akhlak yang
sangat mengkhawatirkan, bahkan sampai kepada kalangan pendidik. Masalah ini
bukanlah permasalahan individual, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama.
Pepecahan umat kian hari semakin menjadi-jadi, di sana-sini saling
mengkafirkan dan menganggap hanya dirinyalah yang benar. Apakah seperti itu
yang dicontohkan oleh Nabi? Nabi pernah tinggal di Madinah (periode Madinah) selama 10 tahun
hidup dalam pluralitas,
di mana terdapat non muslim. Tapi, Nabi tidak pernah dipersalahkan oleh mereka
yang nonmuslim, bahkan beliau sangat dihargai. Nabi pernah hidup di Makkah,
tidak ada yang menafikan akhlak mulia yang terpancar dari wajah beliau.
Yang terpenting sekarang adalah
bagaimana bisa bermanfaat di akhlak. Nabi bersabda โSebaik-baik kalian adalah yang paling
bermanfaat bagi manusiaโ. Jangan yang sebaliknya, termasuk orang yang
paling menyusahkan. Menzolimi orang, mengadu domba, menfitnah, dengki dan iri
hati menjadi karakteristik. Ini sangat bertentangan dengan hakikat Muslim yang
sesungguhnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
biografi Nabi Muhammad Sebelum kenabian?
2.
Bagaimana potret kehidupan Nabi di
periode Madinah dan Makkah?
3.
Akhlak Nabi terhadap kaum Muslimin
dan nonmulim bagaimana?
4.
Kebijakan politik, ekonomi, sosial
dan berbagai aspek lainnya di masa itu?
5.
Bagaimana
perkembangan Islam pada masa itu?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pribadi Rasulullah SAW
2.
Untuk
mengetahui sejarah dakwah Rasulullah dan perjuangannya
3.
Untuk
mengetahui perkembangan agama Islam pada masa Nabi SAW
D.
Manfaat Penulisan
Mudah-mudahan makalah yang ringkas ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya. Agar diluaskan lagi wawasan tentang sejarah Islam
pada masa Rasulullah SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelahiran Nabi SAW Dan Pertumbuhannya
1.
Masa Kelahiran Dan pertumbuhannya
a.
Masa Kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Adalah salah satu seorang anggota Bani Hasyim,
suatu kabilah yang ada didalam suku Quraisy. Ia lahir pada tanggal 12 Rabiul
awal tahun gajah, bertepatan dengan 20 Agustus
570 M. dinamakan tahun gajah karena pada waktu itu terjadi penyerangan oleh tentara gajah yang
dipimpin oleh Abrahah Al-Asyram ingin
menyerang dan menghancurkan kaโbah. Ketika itu pemimpin Quraisy yaitu kakek Nabi Muhammad SAW
yang bernama Abdul Muththalib memerintahkan para penduduk untuk mengungsi.
Akan tetapi berkat pertolongan Allah SWT
yang mengutus burung Ababil untuk menghancurkan pasukan bergajah tersebut
dengan dilempari batu yang dibawa dari neraka. Dan ini diabadikan di dalam Al-Qurโan
surat Al-fiil yang berbunyi:
ุงูู
ุชุฑ ููู ูุนู ุฑุจู ุจุง ุตุญุง ุจ ุงูููู (1) ุงูู
ูุฌุนู ููุฏูู
ูู ุชุถููู (2) ูุงุฑุณู ุนูููู
ุทูุฑุง ุงุจุง ุจูู (3)
ุชุฑู
ููู
ุจุญุฌุฑุฉ ู
ู ุณุฌูู (4) ูุฌุนููู
ูุนุตู ู
ุฃ ููู (5)
Artinya: โ
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana perlakuan
Tuhanmu terhadap pasukan bergajah? (1)
Bukankah Dia telah menjadikan rencana mereka sia-sia? (2) Dan Dia mengutus
kepada mereka burung Ababil (3) Burung-burung itu melempari mereka dengan batu
yang berasal dari tanah yang terbakar (neraka) (4) lalu menjadikan mereka
bagaikan daun yang dimakan (5) (Q.S. Al-fiil: 5)
Nabi
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yati, karena ayahnya sudah meninggal dunia ketika beliau masih dalam kandungan
ibunya. Ketika beliau lahir, seperti
kebiasaan orang arab lainnya, beliau disusui oleh Halimah As-saโdiyyah. Ini
direkomendasikan oleh kakek beliau .
Karena sedikit yang mau menyusui anak yatim.[1]
b. Nasab Nabi Muhammad SAW
Nasab
Baginda Rasulullah amat sangat mulia dan apabila diurutkan akan sampai kepada
Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim AS.
Gambar silsilah Nabi Muhammad SAW
Berikut adalah nasab Rasulullah SAW:
Muhammad ibn Abdullah ibn Abdul Muththalib Ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay
ibn Kilab ibn Murrah ibn Kaโab ibn Luโayy ibn ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn
An-nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar
ibn Maโad ibn โAdnan. Dan โAdnan merupakan putra dari Nabi Ismaโil AS.
c.
Masa Balita
Dan Kanak-kanak Rasulullah SAW
Ketika hari ketujuh setelah
kelahiran Rasulullah SAW. Sang kakek mengundang para penduduk Makkah untuk
mengadakan acara syukuran atas kelahiran Nabi SAW. Pada saat itulah Baginda
Nabi diberikan nama Muhammad. Yang mana nama tersebut masih asing pada masa
itu. Dan juga datang para wanita penyusui dari desa-desa. Karena adat Makkah
yang menyusui anak-anak balita mereka kepada wanita-wanita desa dan akhirnya
Nabi Muhammad SAW disusui oleh Halimah AS-saโdiyyah. Ketika disusui oleh
Halimah As-saโdiyyah, kehidupan Halimah bertambah sejatera, susu yang
dimilikinya bertambah dan juga kehidupannya diberkahi oleh Allah SWT. Dan setelah
dua tahun, Nabi Muhammad dikembalikan oleh Halimah ke ibunya, Aminah di Makkah.[2]
Akan tetapi Halimah
As-saโdiyyah membujuk Aminah agar
anaknya dapat diasuh olehnya lagi dalam beberapa tahun lagi. Aminah pun menyetujuinya dan akhirnya
Baginda Nabi kembali ke keluarga Bani Saโad.
Pada usia sekitar empat atau
lima tahun, terjadi peristiwa yang fenomenal yaitu pembelahan dada Rasulullah
SAW yang dilakukan oleh Malaikat Jibril. Saat itu Rasul sedang bermain dengan
teman-teman sebayanya, tiba-tiba datang Malaikat Jibril yang menyerupai
seseorang dengan baju berwarna putih. Kemudian Jibril membelah dada Nabi SAW
dan mengeluarkan hatinya dari dada beliau, kemudian Jibril
berkata, โ Ini adalah bagian setan yang terdapat pada dirimu.โ Lalu jibril
mencucinya menggunakan air zamzam yang diletakkan di sebuah baskom yang terbuat
dari emas. Kemudian Jibril meletakkannya kembali ke tempat semula. Sementara
itu Halima As-saโdiyyah bersama suaminya yang kaget setelah diberi tahu oleh
salah seorang teman Nabi Muhammad SAW langsung keluar rumah dan menemui Nabi
SAW dan bertanya apa yang telah terjadi. Nabi pun menjelaskan apa yang telah
terjadi pada dirinya. Karena merasa takut terjadi sesuatu terhadap Nabi SAW.
Maka Halimah mengembalikan beliau kepada ibu beliau.
d.
Kembali Ke
Pangkuan Ibu
Setelah dikembalikan oleh
Halimah, Nabi SAW pun hidup dalam kasih sayang seorang ibunya. Namun kasih
sayang ini tidak berlangsung lama, karena pada saat beliau berusia enam tahun, ibunda tercintanya
meninggal. Tepatnya ketika Aminah merasa perlu menziarahi makam suami
tercintanya, Abdullah yang terletak di Yatsrib (Madinah). Maka Aminah pergi
bersama Nabi dan juga pembantu wanitanya yaitu Ummu Aiman dari Makkah menuju
Yatsrib yang mana menempuh perjalanan sejauh 500 km.
Dan setelah mereka sampai di
Yatsrib mereka menetap selama satu bulan. Dan
setelah itu mereka kembali ke Makkah. Namun di tengah-tengah perjalanan
menuju Makkah, Aminah jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwaโ, yaitu
desa yang terletak diantara Makkah dan Madinah.[3]
e.
Pengasuhan
Sang Kakek.
Nabi SAW merasakan duka yang
sangat mendalam, karena saat itu beliau sudah menjadi yatim-piatu. Kemudian
kakeknya Abdul Muththalib membawa Nabi SAW kembali ke Makkah dan merawatnya
dengan penuh kasih sayang yang tulusn dari dalam hatinya. Nabi pun dapat
berangsur-angsur tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Hal ini tidak terlepas dari
kasih sayang seorang kakek kepada cucunya yang bahkan lebih besar dibandingkan
kepada anak-anaknya.
Hal ini dibuktikan dengan suatu cerita dari
Ibnu Hisyam dimana pada waktu itu di dekat Kaโbah diletakkan sebuah dipanuntuk
Abdul Muththalib, sedangkan kerabat-kerabatnya biasanya duduk di sekeliling
dipan tersebut sampai Abdul Muththalib keluar, dan tidak ada seorang pun yang
berani duduk di sana karena menghormati beliau.
Suatu hari Nabi yang masih
kanak-kanak duduk di atas dipan tersebut, maka paman-paman beliau langsung
memegangnya dan mencegahnya. Tatkala Abdul Muththalib melihat kejadian itu
beliau berkata, โ Biarkanlah anakku ini. Demi Allah, sesungguhnya dia akan
memiliki kedudukan yang agung.โ Kemudian Abdul Muththalib duduk bersama beliau
di dipan itu sambil mengelus punggung Nabi SAW dan senantiasa gembira terhadap
apapun yang Nabi SAW lakukan.[4]
Pada usia 8 tahun lebih dua bulan sepuluh
hari Rasulullah kembali mendapat
duka yang mendalam. Kakek yang amat tulus sayang kepadanya meninggal dunia di
Makkah. Sebelum meninggal, Abdul
Muththalib berpesan kepada paman beliau
yakni Abu Thalib untuk mengasuh Nabi Muhammad SAW.
f.
Pengasuhan
Paman Yang Penyayang
Sebagaimana yang telah
dipesankan, Abi Thalib menjalankan tugasnya dengan amat sangat baik. Abi Thalib
menyayangi Nabi SAW seperti menyayangi anaknya sendiri.perlakuan tersebut masih
beliau dapatkan meskipun beliau membawa ajaran agama yang berbeda dengan Abi
Thalib dan bahkan Abi Thalib tetap melindungi beliau.
g.
Perjalanan
Ke Syam
Ketika Rasulullah berusia dua
belas tahun. Abi Thalib mengajak beliau untuk pergi berdagang ke Syam. Ketika
sampai di Bushra, seorang Rahib yang terkenal dengan sebutan Bahira, nama
aslinya adalah Jurjis. Datang menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka
untuk singgah di rumahnyasebagai tamu kehormatan. Padahal sebelumnya Rahib
tersebut tidak pernah keluar rumah, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah
SAW dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata,
โ Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai
rahmat bagi seluruh alam.โ
Abi Thalib bertanya, โDari
mana engkau tahu hal itu?โ
Rahib Bahira menjawab, โSebenarnya
ketika kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan
bersujud. Mereka tidak bersujud melainkan kepada seorang Nabi. Aku
mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawnan
bahunya yang menyerupai buah apel. Kami juga mendapati tanda itu di kitab
kami.โ
Kemudian sang rahib meminta
Abi Thalib kembali tanpa melanjutkan perjalanan ke Syam, karena takut gangguan
orang-orang Yahudi. Sehingga Abi Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda
agar kembali lagi ke Makkah.[5]
h.
Masa remaja
Rasulullah SAW
Pada masa remaja Rasulullah
SAW juga melewati beberapa peristiwa, diantaranya:
1.
Perang Fijar
Pada usia 15 tahun, meletuslah
perang fijar antara kaum Quraisy bersama Qinanah berhadapan dengan pihak Qais
Ailan. Komandan pasukan Quraisy bersama Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah.
Pada awalnya pihak Qais Ailan mendapat kemenangan. Namun pada akhirnya beralih dimenangkan oleh pihak
Quraisy dan Kinanah. Dan Nabi ikut peperangan ini berperan sebagai pengumpul
anak panah yang nantinya diberikan kepada pamannya.[6]
2.
Hilful
Fudhul
Perang Fijar itu berdampak
kepada terjadinya suatu perjanjian di kedua bnelah pihak. Perjanjian itu di
laksanakan di kediaman Abdullah bin Judโan At-Taimi. Dan Rasulullah yang masih
muda juga menghadiri perjanjian tersebut.
3.
Penggembala
Kambing
Pada awal masa remaja, Nabi
SAW tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan
bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani Asโad bin Bakar dan di
Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar.[7]
4.
Berdagang
Ketika menginjak usia 25
tahun, Nabi SAW pergi berdagang ke negeri Syam dengan modal yang diberikan oleh
Siti Khadijah RA. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita yang memiliki
banyak harta serta mempunyai nasab yang baik. Dia menyewa banyak lelaki untuk
memperdagangkan hartanya dengan sistem bagi hasil. Dan Kabilah Quraisy dikenal
sebagai pedagang yang handal. Maka tatkala mendengar kejujuran, amanah, dan
akhlaq mulia Rasulullah SAW, Khadijah mengutus seseorang untuk menemuinya dan
menawarkannya untuk memperdagangkan harta miliknya ke negeri Syam. Beliau
menerima tawaran tersebut dan akhirnya beliau berangkat berdagang ke Syam
ditemani dengan seorang pembantu Khadijah RA
yaitu Maisarah dan membawa barang dagangan yang belum pernah Khadijah RA
serahkan kecuali kepada beliau.
i.
Menikah
Dengan Khadijah
Ketika beliau pulang ke Makkah. Khadijah RA melihat betapa amanahnya Nabi SAW, hal ini
menjadikan Khadijah RA jatuh hati dan merasakan sesuatu yang dicari-cari
olehnya selama ini. Karena selama ini, Khadijah RA telah menolak banyak pria
yang berasal dari para pemuka yang berkeinginan untuk menikahinya.
Akhirnya Khadijah RA
menceritakan isi hatinya kepada kerabat perempuannya, yaitu Nafisah binti
Munayyah. Kemudian dia bergegas menemui
Bagida dan meminta kesediaan hati Nabi untuk menikahi khadijah RA. Nabi SAW pun
menerimanya dan menceritakan hal tersebut kepada paman-pamannya. Kemudian paman
Nabi SAW mendatangi paman Khadijah RA untuk melamar keponakannya. Setelah itu
akad dilangsungkan, dan dihadiri oleh Bani Hasyim dan pemimpin Mudhar.
Kejadian ini berlangsung setelah dua bulan pulangnya
Nabi SAW dari Syam. Dan mas kawin Nabi SAW adalah 20 ekor unta muda. Khadijah
merupakan wanita pertama yang dinikahi Nabi SAW, dan beliau tidak pernah
menikahi wanita lain hingga Khadijah wafat.
B.
Masa Pra Kerasulan Nabi Saw
Ketika ingin diangkat menjadi
Rasul, terjadi peristiwa-peristiwa yang membuktikan kebenaran risalah
Rasulullah SAW. Diantaranya:
1.
Renovasi
Kaโbah
Ketika lima tahun sebelum
diangkat menjadi rasul, di Makkah
terjadi banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram. Peristiwa itu
membuat bangunan Kaโbah menjadi rapuh dan dinding-dindingnya pun ingin runtuh.
Oleh karena itu Kaโbah direnovasi, dengan catatan menggunakan dana hasil
kebaikan. Namun masyarakat merasa bimbang dan takut ketika ingin merobohkannya. Akhirnya
Al-Walid bin Mughirah Al-Makhzumi mulai merobohkan kaโbah dan membangunnya
kembali.
Akan tetapi ketika hampir
selesai dan ingin meletakkan Hajar Aswad, terjadi perselisihan di antara
kabilah-kabilah dalam menentukan siapa yang berhak meletakkannya. Perselisihan ini pun semakin meruncing dan hampir mengarah kepada pertumpahan darah. Dan pada saat
itu
Abu Umayyah ibn Al-Mughirah
Al-Makhzumi tampil dan memberikan sebuah solusi. Solusinya adalah menyerahkan masalah ini kepada siapapun yang pertama kali masuk
lewat pintu masjid. Dan mereka sepakat dengan cara ini. Dan ketika semuanya
sampai mereka harus mengakui bahwa yang berhak mengurusinya adalah Muhammad
SAW, karena beliau yang pertama kali masuk masjid.
Pada akhirnya beliau
meletakkan batu itu di atas sebuah selendang dan meminta kepada seluruh pemuka
Quraisy untuk memegang ujung-ujung selendang dan bersama-sama mengangkatnya.
Dan atas cara beliau semuanya merasa puas.
2.
Berkhalwat
Di Gua Hira
Pada usia Rasulullah SAW hampir
mencapai empat puluh tahun, sesuatu yang paling disukai beliau ialah
mengasingkan diri. Dengan membawa roti dari gandum dan air beliau pergi di Gua
Hira di Jabal Nur. Yang jarak nya kira - kira dua mil dari makkah, suatu gua
yang tidak terlalu besar,yang panjangnya 4 hasta dan lebar nya antara ยพ hingga 1 hasta. Kadang-kadang keluarga beliau
ada yang menyertai kesana. Selama di bulan Ramadhan beliau berada di gua ini,
dan tidak lupa untuk memberi makanan kepada orang miskin yang juga datang
kesana. Beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah. Memikirkan keagungan alam
di sekitarnya dan kekuatan tak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah
merasa puas melihat keyakinan kaumnya yang penuh kemusyrikan dan segala
presepsi mereka yang tak pernah lepas dari tahayul. Sementara itu, di hadapan beliau tidak ada
jalan yang jelas, dan memiliki batasan-batasan tertentu, yang bisa
menghantarkan kepada kepuasan hati beliau. Beliau senantiasa berkhalwat sampai turunnya Jibril membawakan wahyu
pertama kepada beliau tepatnya pada satu malam di bulan Ramadhan.[8]
C.
Perjalanan Dakwah Rasulullah SAW
Setelah diangkat menjadi rasul. Baginda
Nabi SAW memulai dakwahnya. Dan terhitung Rasulullah
berdakwah selama kurang lebih 23 tahun dan terbagi menjadi dua periode yaitu
periode makkah dan periode Madinah.
1.
Periode Makkah.
a.
Kota Makkah terletak di
perut lembah yang dikelilingi oleh bukit dari segala arah.dari sebelah timur
dari sebelah timur membentang bukit Abu qubais
dan sebelah barat dibatasi oleh dua bukit Qaโaiqaโ sehingga membentuk seperti
bulan sabit dan mengelilingi perkampungan Makkah. Pada bagian rendahnya dikenal dengan nama Al-bathaaโ, di sana terletak kaโbah dan
perkampungan orang-orang quraisy. Sedangkan pada bagian rendahnya disebut Al-muโalaah dan pada bagian
ujubg-ujung bukit ditempati oleh orang-orang Quraisy Dzawaahir, yaitu orang-orang pedalaman (aโrob) yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu perang. Akan tetapi mereka di bawah kaum Quraisy Bathaaโdalam hal kebudayaan, kekayaan, dan martabatnya.
b.
Watak Dan Perilaku Orang Makkah
Orang Quraisy sebelum datangnya Nabi
SAW yang memberikan peringatan, mereka seperti yang diketahui hidup jahiliyyah.
Hal ini bukan karena mereka bodoh, mereka bahkan sangat pintar, hal ini
terbukti dengan berapa banyak ahli sastra di kalangan kaum Quraisy sehingga
mereka dapat dikatakan sebagaidesa sastrawan dan juga mereka pintar dalam
berbisnis. Tapi mereka dikatakan jahiliyyah karena akhlak dan moral yang tidak
etis bahkan bobrok.
Watak mereka juga cenderung lebih
agresif, egois, dan keras kepala. Hal ini juga dapat
didasari oleh letak geografis wilayah mereka yang berada di kawasan yang
relatif panas.
c.
Masa Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Setelah turun ayat pertama yaitu Q.S
Al-โalaq ayat 1-5, Baginda Rasulullah pergi menemui khadijah dan tiduran di
atas pahanya, kemudian beliau berkata kepada khadijah atas apa yang telah
terjadi kepadanya. Kemudian Khadijah RA berkata, โ Bergembiralah, wahai anak
pamanku, dan teguhkanlah hatimu. Demi diriku yang ada di tangan-Nya, aku benar-benar berharap engkau
menjadi Nabi umat ini.โ[9]
Setelah itu
Khadijah pergi menemui Waraqah dan mengabarkan apa yang telah terjadi. Dan
Waraqah pun membenarkannya dan berharap agar Muhammad SAW diteguhkan hatinya.
Namun setelah turun wahyu pertama, wahyu kemudian terputus. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh saโad ibnu Abbas yang
intinya menyatakan bahwa wahyu terputus selama beberapa hari.[10]
Hal ini
membuat Rasulullah SAW sedih dan gelisah. Dan berkali-kali beliau ingin
menjatuhkan diri dari jurang, namun ketika sudah mencapai puncak tgampaklah
Jibril yang meyakinkan Nabi bahwa ia benar-benar utusan AllahSWT. Hal ini yang
dapat meneguhkan sedikit hati Nabi SAW. Namun beberapa hari setelahnya wahyu
juga belum kunjung datang sehingga Nabi SAW mengulangiperbuatannya. Dan
sebagaimana sebelumnya, Jibril pun datang kembali untuk meneguhkan hati
Muhammad SAW bahwa ia benar utusan Allah SWT.[11]
Setelah itu turun firman Allah Q.S. Al-mudatsir ayat 1-5
yang berbunyi:
ุจุง ุงููุง ุงูู
ุฏุซุฑ (1) ูู
ูุงูุฐุฑ (2) ูุฑุจู ููุจุฑ (3) ูุซูุงุจู ูุทูุฑ (4) ูุงูุฑุฌุฒ ูุงูุฌุฑ (5)
Artinya: โHai orang-orang yang
berselimut (1) Bangunlah, lalu beri peringatan (2) Dan Tuhanmu agungkanlah
(3)Dan pakaianmu bersihkanlah (4) Dan perbuatan dosa tinggalkanlah (5) ,โ (Q.S.
Al-mudatsir: 1-5)
Setelah turun ayat ini maka
Rasulullah SAW memulai dakwah secara sirr (sembunyi-sembunyi). Dan
Rasulullah SAW berdakwah kepada kerabat dekat, dan teman-teman dekatnya.
Dan
Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi ini selama kurang lebih
tiga tahun. Dalam sejarah yang tercatat, pada periode dakwah
secara sembunyi-sembunyi ini orang-orang yang pertama sekali masuk islam pada
hari dimulainya dakwah ada empat, mereka inilah termasuk as-sabiqunal awwalun,
yakni:
1.
Istri beliau,
Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid.
2.
Pembantu
beliau, Zaid bin Haritsah.
3.
Anak paman
beliau, Ali bin Abi Thalib. Yang mana saat itu beliau masih anak-anak.
4.
Abu Bakar
Ash-shiddiq.
Mereka juga membantu Rasulullah untuk
menyebarkan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi. Berkat jasa mereka, terdapat
beberapa orang yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Diantaranya:
1.
Utsman bin
Affan
2.
Az-Zubair
bin Al-Awwam
3.
Abdurrahman
bin Auf
4.
Saโad bin
Abi Waqqash
5.
Thalhah bin
Ubaidillah
Dan ketika orang-orang yang sudah mengikuti ajaran Rasulullah mencapai sekitar 30 orang. Rasulullah
menjadikan rumah salah satu sahabatnya, yaitu Arqam bin Abi Arqam sebagai pesat
dakwah beliau. Dan pada periode ini tercatat pengikut Rasulullah mencapai
kurang lebih 40 orang. Dan kebaanyakan orang-orang yang masuk islam pertama
kali adalah orang-orang miskin dan orang yang tidak punya kedudukan di kalangan
Quraisy.[12]
d.
Dakwah
Secara Terang-terangan.
Setelah kurang lebih tiga tahun Baginda
Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Allah SWT menurunkan
wahyu yang memerintahkan untuk berdakwah
kepada sanak familinya melalui firmannya yaitu surat Asy-Syuโara ayat 214 yang
berbunyi:
ูุงูุฐุฑ ุนุดูุฑุชู ุงูุงูุฑุจูู
Artinya: โ Dan berilah peringatan kepada
keluargamu yang terdekat.โ (Q.S.Asy-Syuโara: 214)
Setelah turun ayat ini Rasulullah mengundang keluarga terdekatnya yaitu dari Bani Muththalib. Akan
tetapi beliau langsung mendapatkan
penolakan oleh pamannya yaitu Abu Lahab yang berkata akan mencegahnya.
Namun hal ini disanggah oleh Abi Thalib yang berjanji akan melindunginya
walaupun Abi Thalib tetap memegang teguh ajaran nenek moyangnya (kafir).[13]
dan setelah turun firman Allah SWT dalam surat
Al-Hijr ayat 94 yaitu:
ูุง ุตุฏุน ุจู
ุง ุชุฃู
ุฑ ู ุงุนุฑุถ ุนู ุงูู
ุดุฑููู
Artinya: โMaka sampaikanlah dengan
terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah
dari orang-orang yang musyrik.โ (Q.S. Al-Hijr: 94)
Rasulullah beserta pengikutnya menyerukan
keesaan Allah SWT secara terang-terangan dan
tentunya mendapatkan perlawanan keras dari masyarakat Makkah.tetapi tak
ada satu pun sahabat Nabi yang gentar karena siksaan dan
penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka. Bahkan hal itu membuat keimanan
mereka semakin kokoh kepada Allah SWT. Karena penyiksaan yang semakin berbahaya
maka Nabi memerintahkan pengikutnya untuk berhijrah. Diantaranya adalah hijrah
ke habasyah dan ke thaif.
2.
Periode
Madinah
Ketika kaum Quraisy sudah merencanakan akan membunuh Nabi SAW, Malaikat Jibril datang dan memberitahukan Nabi bahwa telah ada persekongkolan
kaum Quraisy tentang membunuh beliaudan menyampaikan izin Allah untuk
berhijrah. Karena pada saat itu hampir sebagian besar umat islam sudah
berhijrah ke Madinah. Dan Jibril juga mengingatkan Nabi agar pada malam itu
tidak berbaring di tempat tidur biasanya.[14]
Setelah itu Nabi pergi ke rumah Abu Bakar untuk
menyusun rencana hijrah yang akan dilakukan malam itu. Setelah mengajak Abu Bakar dan ia sangat bersedia, maka Nabi pun bergegas
pulang agar tidak terlihat oleh orang-orang kafir Quraisy.
Sedangkan para pembesar Quraisy saat itu sedang
merundingkan siapakah yang akan dipilih untuk melaksanakan misi ini. Setelah
berunding, maka dipilihlah sebelas orang-orang pemuka mereka, yaitu:
1.
Abu Jahal
bin Hisyam
2.
Al-Hakam bin
Abul Aush
3.
Uqbah bin
Abul Ash
4.
An-Nadhr bin
Al-Harits
5.
Umayyah bin
Khalaf
6.
Zamโah bin
Al-Aswad
7.
Thuโaimah bin Adi
8.
Abu Lahab
9.
Ubay bin
Khalaf
10.
Nabih bin
Al-Hajjaj
11.
Munabbih bin
Al-Hallaj
Pada malam itu, mereka yang telah diutus oleh
para pemuka sudah berkumpul di depan pintu Rasulullah SAW dan mengintai kapan
beliau bangun , sehingga dapat mengintai kapanpun. Karena biasanya
Rasulullah tidur di awal waktu dan nanti akan keluar.
Pada malamnya, Rasulullah SAW bersiap-siap dan melihat situasi, dan beliau berkata kepada
Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidunya dengan menggunakan jubah hijau yang mana sering dipakai
Rasulullah SAW. [15]
Sementara Rasulullah berhasil
keluar dengan menggunakan segumpal tanah
dari Al-bathaโ, lalu menaburkannya ke arah kepala mereka. Ketika itu,
Allah SWT telah mencabut pandangan mereka dari melihat Nabi SAW.
Setelah itu Nabi pergi ke
rumah Abu Bakar untuk melaksanakan
hijrah ke madinah. Sebelum sampai madinah mereka berdua harus transit dulu di
gua Tsur agar orang-orang Quraisy tidak
bisa menemukan mereka.
Akhirnya setelah perjalanan
panjang nan melelahkan, Nabi SAW sampai di kota Yatsrib dengan disambut
suka-cita oleh semua penduduk Madinah. Untuk mengembangkan ajaran Islam , Nabi
melakukan beberapa langkah, yaitu:
1.
Membangun
Masjid
Hal pertama yang dilakukan oleh Bagida SAW
adalah membangun Masjid, masjid ini kemudian
bernama Masjid Nabawi. Di sinilah pusat kegiatan umat pada masa Nabi SAW.
Masjid pada masa Rasulullah SAW bukan hanya pusat keagamaan, tetapi juga pusat
pemerintahan.
2.
Mempersaudarakan
Kaum Muslimin
Selain membangun masjid, Rasulullah juga
mensaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Tujuan dari pada ini
adalah menghilangkan perbedaan sesama suku yang selam ini merupakan fanatik
satu sama lainnya.
3.
Membuat
Perjanjian Dengan Orang-orang Non-muslim
Setelah mempersatukan umat islam , Rasulullah membuat parjanjian damai dengan orang-orang non-muuslim dengan
perjanjian yang dinamakan Hudaibiyyah.
D.
Kemajuan Islam Pada Masa Rasul SAW
Islam sangat berkembang pesat, khususnya ketika
dakwah periode Madinah. Dan mengalami banyak kemajuan diberbagai aspek.
Diantaranya:
1. Kemiliteran
Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau
turut terjun dalam 26 atau 27 peperangan dalam ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri
yang memimpin beberapa peperangan yang besar misalnya, perang badar, perang
Uhud, Khandaq, perang Hunayn dan dalam penaklukkan kota Makkah. Adapub
peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan diserahkan kepada para komandan
yang ditunujuk oleh Nabi.[16]
Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan
tetapi moralitas dan kedisiplinan yang tinggi membuat mereka tertata di bawah
satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi peperangan Nabi kerap kali
mengundang para sahabat (Tokoh-tokoh) untuk berdiskusi mengenai hal tersebut.
Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam makin
meningkat. Pada awalnya pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga
pada peran terakhir di Uhud, pasukan umat Islam sudah mencapai 30.000 pejuang. Para pejuang tersebut
memiliki keahlian yang cukup baik dan disiplin yang tinggi.
2. Dakwah
Perkembangan dakwah keislaman juga
meluas, dengan ekspansi-ekspansi baik kemiliteran maupun perdagangan merekan
menyelipkan unsur dakwah Islam di dalamnya.
Perkembangan Islam juga tidak
terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu muliah dan sangat bijak dalam
memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah
diselesaikan. Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat
undangan untuk memberikan jalan keluar.
3.
Perekonomian
Kekayaan Madinah nyaris secara
keseluruahan terkonsentarasi di tangan orang-orang Yahudi. Jadinya orang-orang
Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama bertahun-tahun.
Salah satu alasan mengapa mereka begitu miskin adalah dikarenakan harus membayar
bunga pinjaman mereka yang cukup tinggi kepada orang-orang yahudi.[17]
Kaum Anshar memang berada dalam lembah kemiskinan,
akan tetapi Kaum Muhajirin lebih miskin lagi. Karena mereka hijrah tanpa
membawah harta benda, barang berharga ditinggalkan di Makkah. Semakin hari
kehidupan kaum Muhajirin memperihatinkan. Pada perjanjian awal kaum Muhajirin
harus membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak berpengalaman dalam hal
itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun milik orang
Yahudi dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.
Nabi kemudian memberikan solusi
kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Mereka harus
saling membantu dan bekerja sama. Peristiwa ini terjadi selang beberapa bulan
kedatangan Nabi di Madinah. Ada beberapa orang yang dipersaudarakan, di anataranya
sebagai berikut:
ยท
Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan
Huzaifah al-yamani (Anshar)
ยท
Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid
ยท
Utsman bin Affan dengan โAus bin
Sabit
ยท
Umar bin Khattab dengan Utbah bin
Malik
ยท
Abu Dzar al-Ghiffari dengan al
Mundzir bin Amr
ยท
Musโab bin Umair dengan Abu Ayyub
ยท
Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan
Saโad bin Maโaz
ยท
Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin
Waqash
ยท
Abdurrahman bin โAuf dengan Saโad
bin Rabiโ
ยท
Thalhah bin Ubaidillah dengan Kaโab
bin Malik
Sementara itu Ali tidak
dipersaudarakan dengan siapa pun, namun Ali patut berbangga, karena Nabi
mengatakan engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.[8]
Hingga akhirnya masalah perekonomian
yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan. Berjalannya hari kaum Anshar dan
Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan Muhajirin melebihi kekayaan kaum
Anshar. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat
menyedihkan setelah wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin menaruh barisan kaum
Anshar berada dibelakang barisan mereka. Ini karena adanya penyusut dari Bani
Umayyah yang menyamar menjadi kaum Muahajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum
Anshar adalah musuh Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Islam di masa Nabi
sungguh sangat cepat, itu dikarenakan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Namun yang terpenting adalah perilaku Rasulullah yang sangat terpuji. Dan ini
sebuah realitas yang ada saat itu sampai sekarang perilaku atau akhlak beliau
masih terasa di dalam qalbu .
Nabi meletakkan nilai-nilai Islam
dengan penuh hikmah dan sangat bijak dalam menyelesaikan masalah dikala ada
persoalan. Baik itu persoalan kenegaraan, kemasyarakatan atau pun keagamaan.
Tidak ada yang merasa diskriminasi oleh sikap-sikap Nabi. Keunggulan Nabi tidak
hanya diakui oleh umat Islam, akan tetapi nonmuslim pun mengakui akan
kecakapan Nabi dalam berbagai hal.
Perjalanan dakwah Rasulullah SAW terbagi menjadi dua,
yaitu periode Makkah dan periode Madinah, dan metode dakwahnya juga terbagi
menjadi dua, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
B.
Saran
Manusia berkembang dikala mereka
mengadakan perubahan dan selalu intropeksi terhadap dirinya. Berangkat dari
sebuah kenyataan yang menyelimuti langit dan bumi kini terbayang dalam setiap jiwa manusia. Kami pun mengharapkan
kesempurnaan itu. Maka dari itu kami butuh kritikan yang membangun dan pastinya
sangat mengapresiasi orang yang mau melakukannya untuk kami.
Dengan
pengenalan singkat tentang keislaman di masa Nabi, semoga menjadi gerakan awal
dalam merevolusi diri kita masing-masing
agar menjadi lebih baik. Agar bisa sampai kepada cahaya Ilahi. Siapakah
gerangan yang tidak ingin sampai di hadapan yang Maha Kaya dan Maha Sempurna
sembari mencicipi kenikmatan dari Sang Pemberi Nikmat, yaitu Allah SWT
DAFTAR
PUSTAKA
Ramadhan, Dr. Muhammad Said. Fiqh Shirah.
Kairo: Dar El-Fikr.
Al-humairi, Abu Muhammad Abdul MAlik bin
HIsyam bin Ayyub.1955. Shirah An-nabawiyyah. Mesir: Syirkah Maktabah wa
Mathbaโah Mushtafa Al-Babi Al-Halabi wa Auladuhu.
Bek, Syekh Ahmad Al-Khudari. Muhadharat
Tarikh Al-umam Al-islamiyyah. Mesir: Al-Maktabah At-Tijariyyah Al-Kubra.
An-Najdi, Syaikh Abdullah bin Muhammad.
Mukhtashar Siratur Rasul. Mesir: Al-Mathbaโah As-Salafiyyah wa Maktabatuha.
Al-Ghazali, Muhammad. Fiqhus Shirah. Mesir:Darul Kitabil Arabi.
Al-Asqalani, Imam Ibnu Hajar. Fathul Bari. Kairo:Al-Mathbaโah
As-salafiyyah wa Maktabatuha.
Al-Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail. Shahih Al-Bukhari. India: Maktabah
Ar-Rahimiyyah.
Ayyub, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Bakar bin. Zadul Maโad.
Kairo: Al-Mathbaโah Al-Mishriyyah
Ali, K. 2003.
Sejarah Islam. Jakarta: PT. Raja Grafido
Razwy, Sayed Ali Asgher. 2004. Muhammad
Rasulullah SAW.Jakarta: PT. Hida Karya Agung.
Mamtav โญ๐
BalasHapus